Jakarta – Perkembangan teknologi dan transformasi digital telah membawa perubahan mendalam dalam perilaku belanja masyarakat Indonesia, terutama dalam hal akses informasi dan pembelian buku. Fenomena berguguran dan gulung tikarnya outlet-outlet toko buku raksasa semakin nyata dan menarik perhatian banyak pihak. (03/08/2023).
Pada bulan Mei lalu, dua toko buku raksasa, Gunung Agung dan Books & Beyond, mengumumkan penutupan seluruh gerainya di Indonesia. Hal ini menunjukkan pergeseran minat baca yang semakin berkembang di daerah, sementara di kota besar yang memiliki ragam pilihan terkait sumber informasi dan pengetahuan, minat baca cenderung menurun.
Perubahan Perilaku Belanja Buku
Profesor Rhenald Kasali, seorang Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengamati situasi ini dengan cermat. “Tech A Look,” ia mengemukakan bahwa fenomena ini sejalan dengan maraknya migrasi masyarakat ke berbagai platform virtual, termasuk aplikasi daring dan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.
Para pembeli kini lebih memilih untuk mencari dan membeli buku melalui platform-platform tersebut, dibandingkan dengan kunjungan fisik ke toko buku konvensional.Salah satu contoh nyata dampak dari perubahan perilaku belanja ini dapat dilihat di gerai Books & Beyond yang masih beroperasi.
Mereka menawarkan penjualan besar-besaran dengan diskon hingga 90 persen pada semua produk buku, termasuk stok koleksi yang dijual melalui aplikasi marketplace. Hal ini menjadi strategi terakhir bagi gerai tersebut untuk menarik perhatian pembeli dan mengurangi stok buku yang tersisa sebelum akhirnya menutup pintu mereka.
Dampak Transformasi Digital pada Pembelian Buku
Dampak transformasi digital juga tampak pada rak buku di gerai yang masih beroperasi. Banyak rak buku yang telah kosong, hanya meninggalkan rak bagian depan toko yang terisi, menunjukkan bahwa penjualan buku secara fisik semakin menurun. Masyarakat cenderung lebih memilih mengunduh e-book atau membeli versi digital melalui platform daring daripada membeli buku fisik.
Migrasi pembeli ke platform daring dan media sosial adalah hasil dari banyak faktor. Pertama, kemudahan dan kenyamanan berbelanja secara online memberikan aksesibilitas tanpa batas bagi konsumen, di mana saja dan kapan saja. Kedua, adanya komunitas pembaca yang aktif di media sosial memungkinkan berbagi rekomendasi buku dan ulasan dengan cepat, yang dapat meningkatkan minat pembelian.
Ketiga, harga buku dalam format digital seringkali lebih terjangkau dibandingkan dengan buku fisik, sehingga menjadi daya tarik bagi pembeli yang mencari hemat biaya.
Dampak Negatif Bagi Industri Buku Fisik
Meskipun perubahan ini telah memberikan keuntungan bagi pembeli, kita tidak boleh melupakan dampak negatifnya bagi industri toko buku fisik dan para penulis. Penutupan gerai-gerai besar telah menyebabkan kehilangan lapangan kerja dan perubahan dalam ekosistem industri buku di Indonesia.
Penulis mungkin menghadapi kesulitan lebih lanjut dalam menjual karyanya secara fisik, yang dapat mengurangi insentif bagi mereka untuk terus menulis.
Solusi untuk Industri Buku di Era Digital
Pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat perlu bersama-sama mencari solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan ini. Ini bisa melibatkan penggabungan model bisnis fisik dan online, dukungan pemerintah untuk mempromosikan minat baca, dan upaya meningkatkan edukasi mengenai pentingnya mendukung industri buku lokal.
Secara keseluruhan, perkembangan marketplace online telah merubah cara masyarakat Indonesia berbelanja dan mendapatkan informasi. Sementara toko buku fisik mengalami tantangan, perubahan ini juga membuka peluang baru untuk industri buku secara keseluruhan. Dengan solusi yang tepat, semoga kita dapat menjaga minat baca dan industri buku tetap berkembang dalam era digital ini.