Jakarta – Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, mengungkapkan keprihatinan terhadap ancaman kekeringan akibat fenomena El Nino. Dia mengakui kekhawatiran akan dampak jangka panjang dari fenomena ini, yang dapat menyebabkan peningkatan suhu ekstrem dan periode kemarau yang berkepanjangan.
“Kita khawatir pangannya El-Nino itu yang kita khawatir, sejauh ini masih oke,” Ungkapnya.
Kenaikan Harga Komoditas dan Peluang Impor
Terjadi peningkatan harga komoditas tertentu yang juga tercatat secara signifikan, bahkan hampir dua kali lipat dari sebelumnya.
“Misal ada beberapa komoditi yang harganya naik, ada gula di luar negeri naik dikit, bawang putih naik hampir 100%, India panas ada beberapa daerah tapi sejauh ini oke,” kata Zulhas.
Untuk mengatasi potensi kekurangan stok dan kenaikan harga pada beberapa komoditas lainnya, pemerintah memiliki peluang untuk melakukan impor, termasuk impor beras. Saat ini, pemerintah telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan pemerintah India sebagai langkah persiapan jika dibutuhkan di masa mendatang.
“Kita persiapan termasuk beras tadi MoU. Kalau nggak perlu ya nggak impor,” kata Zulhas.
Peringatan El Nino: Dampak Kuat di Indonesia
Sebelumnya, PBB melalui Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) bahkan telah mengeluarkan laporan pemantauan terbaru mengenai peluang terjadinya El Nino pada tahun 2023. Tim peneliti dari WMO memprediksi El Nino yang bakal terjadi dalam kategori kuat sehingga dampaknya bisa lebih besar.
BMKG juga telah memperingatkan, tahun ini Indonesia akan mengalami cuaca ekstrim ini, fenomena iklim yang memicu suhu panas dan kemarau lebih ekstrem. Berdasarkan hasil Monitoring ENSO Junni 2023, BMKG menyebut El Nino akan terjadi pada semester-II tahun 2023 dengan kategori lemah-moderat.
Dampak El Nino: Karhutla dan Kekeringan Ekstrem
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan, salah satu efek El Nino adalah potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan semakin tinggi. Selain itu, akan terjadi defisit air dan memicu kekeringan ekstrem, yang bisa berdampak pada produksi pangan di dalam negeri.
“Makanya antisipasi harusnya bendungan-bendungan kita yang besar pada musim hujan banyak itu harusnya optimal menampung air. Embung-embung optimal menampung air. Sehingga, pada saat defisit curah hujan seperti sekarang, misalnya ada El Nino, kita masih punya cadangan air,” kata Alue Dohong.
“Supaya air tetap ada, tidak terjadi defisit air yang berlebihan, sehingga produktivitas bisa terjaga. Dengan mengoptimalkan semua kolam-kolam retensi air saat musim hujan, bendungan, embung, harusnya tahan air di situ,” katanya.