Sangatta – Wakil Bupati Kutai Timur, Mahyunadi, menyampaikan refleksi menarik jelang puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Kutai Timur, yang akan diperingati pada 26 Oktober 2025 mendatang. Dalam wawancara di Gedung DPRD Kutim, Kamis (9/10), ia mengibaratkan usia Kutai Timur seperti fase kedewasaan manusia yang memasuki masa serius dalam bekerja dan membangun kehidupan.
“Kalau kita umpamakan manusia hidup sampai umur 75 tahun, maka bisa dibagi tiga fase: 25 tahun pertama untuk belajar, 25 tahun kedua untuk berumah tangga dan bekerja, dan 25 tahun terakhir untuk menikmati hasilnya. Nah, Kutai Timur yang kini berusia 26 tahun berarti sudah masuk masa kedua—masa bekerja dan membangun,” ujar Mahyunadi.
Ia menegaskan bahwa Kutai Timur kini telah melewati masa pertumbuhan awal dan harus memasuki babak baru yang lebih produktif, matang, dan berorientasi hasil. “Kita sudah lewat masa bersenang-senang, lewat masa bermanja-manja. Sekarang waktunya serius membangun, seperti orang berumah tangga yang ingin menata masa depan dan melahirkan sesuatu yang bermanfaat,” lanjutnya.
Menurut Mahyunadi, analogi tersebut selaras dengan tema peringatan HUT Kutim ke-26 tahun ini, yakni “Kutai Timur Mandiri, Tangguh, dan Berdaya Saing.” Ia menilai, tema itu mencerminkan semangat baru pemerintah dan masyarakat dalam membangun daerah secara komprehensif.
“Kalau rumah tangga harus tangguh agar bisa bertahan dan bahagia, begitu juga Kutai Timur. Kita ingin membangun daerah yang tangguh, mandiri, dan berdaya saing, sesuai visi pembangunan jangka menengah kita,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Mahyunadi juga menyoroti pentingnya efisiensi anggaran dan fokus pembangunan infrastruktur sebagai langkah nyata menuju kemandirian daerah. Ia menegaskan bahwa Pemkab Kutai Timur akan lebih selektif dalam penggunaan anggaran dan memastikan bahwa belanja daerah diarahkan untuk sektor yang memberikan dampak ekonomi nyata bagi masyarakat.
“Ke depan, kita akan kurangi ‘ekornya’ — artinya, efisiensi birokrasi dan belanja nonproduktif harus ditingkatkan. Kita lebih banyak mengalokasikan anggaran untuk infrastruktur, karena itu yang paling berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi,” ujarnya tegas.
Mahyunadi juga menekankan bahwa pembangunan infrastruktur menjadi faktor penting untuk mempercepat pemerataan ekonomi hingga ke pelosok desa. Ia menyebut bahwa keberhasilan pembangunan nasional yang menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8% sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur di daerah.
“Salah satu faktor yang paling bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi itu adalah persiapan infrastruktur dari daerah-daerah sampai ke desa-desa. Kita berharap pertumbuhan ekonomi tidak hanya di kota, tapi juga mengalir sampai ke desa-desa,” paparnya.
Selain infrastruktur, Mahyunadi menilai penguatan sumber daya manusia (SDM) harus menjadi prioritas utama agar pembangunan Kutai Timur tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga berkelanjutan. Ia menyoroti masih adanya tantangan dalam kualitas tenaga kerja meski jumlah lulusan pendidikan tinggi terus meningkat.
“Kita punya banyak mahasiswa, tapi penggunaannya belum optimal. Ini PR besar kita. Kalau ingin Kutai Timur benar-benar mandiri, SDM harus kita maksimalkan—dari keterampilan, etos kerja, sampai integritas,” ujarnya.
Sebagai penutup, Mahyunadi mengajak seluruh masyarakat Kutai Timur untuk menjadikan momentum ulang tahun ke-26 ini sebagai titik tolak menuju fase pembangunan yang lebih matang, efisien, dan berorientasi hasil.
“Sekarang masanya kita serius membangun. Kutai Timur harus menjadi rumah tangga yang tangguh, mandiri, dan berdaya saing. Dengan kerja keras dan kebersamaan, saya yakin Kutim akan menjadi daerah yang semakin maju dan sejahtera,” pungkasnya.
Puncak peringatan HUT Kutai Timur ke-26 dijadwalkan berlangsung pada 26 Oktober 2025, sebagai penanda perjalanan daerah menuju babak baru pembangunan yang lebih berorientasi pada kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
