Jakarta – Seorang pria bernama Salwan Momika, yang baru-baru ini membakar Alquran di Swedia, telah ditangkap oleh pihak berwenang setempat. Momika, seorang warga negara Irak berusia 37 tahun, menggunakan izin yang telah disetujui sebelumnya untuk membakar halaman-halaman Alquran di luar masjid pusat Stockholm selama perayaan Idul Adha.
Kejadian ini merupakan pembakaran Alquran kedua di negara Skandinavia itu sejak Januari, yang menimbulkan kecaman dari berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Yordania, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Eskalasi Ketegangan dan Blokade
Protes terhadap tindakan pembakaran Alquran ini juga terjadi di luar kedutaan Swedia di Baghdad, Irak. Beberapa pengunjuk rasa membakar bendera berwarna pelangi yang mewakili komunitas LGBTQ+.
Kejadian ini semakin memperparah ketegangan antara Swedia dan negara-negara lain, termasuk Turki, yang telah mengeluarkan blokade terhadap negara tersebut atas tuduhan melindungi militan dari Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang.
Pihak berwenang Swedia mengutuk tindakan pembakaran Alquran tersebut, namun mereka menolak untuk mengambil tindakan lebih lanjut, dengan alasan bahwa tindakan Momika dilindungi oleh hukum kebebasan berbicara.
Swedia dalam Tantangan Diplomatik
Meskipun beberapa negara, seperti Amerika Serikat, membela hak Momika untuk mengungkapkan pendapatnya, dampak dari tindakan tersebut dapat memiliki implikasi signifikan terhadap hubungan internasional Swedia.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengutuk pembakaran Alquran tersebut dan menyatakan bahwa posisi Swedia dalam masalah ini tidak dapat dipertahankan, terutama dalam upaya mereka untuk bergabung dengan NATO. Erdogan juga menekankan bahwa kebebasan berbicara tidak seharusnya digunakan sebagai dalih untuk menghina nilai-nilai suci umat Islam.
Tantangan Diplomatik Swedia
Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, enggan berspekulasi mengenai bagaimana protes tersebut akan mempengaruhi proses penerimaan Swedia sebagai anggota NATO. Namun, ia menyatakan bahwa pembakaran Alquran, meskipun legal, dianggap tidak pantas.
Situasi ini menunjukkan adanya ketegangan yang semakin meningkat antara Swedia dan beberapa negara, dengan potensi konsekuensi diplomatik dan dampak terhadap hubungan internasional Swedia di masa depan. Pemerintah Swedia akan dihadapkan pada tantangan untuk menangani isu-isu ini dengan bijaksana dan mencari jalan untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara yang terkena dampak.