Jakarta – Wanita-wanita dari Manipur, India Timur Laut, menyerang rumah pelaku utama kasus pelecehan seksual. Pelaku diduga telah mengarak dua wanita suku ke jalanan beberapa bulan lalu, menyuruh massa untuk memperkosanya, dan mengarak mereka telanjang. Video peristiwa tersebut menjadi viral di media sosial baru-baru ini dan menarik perhatian nasional. Kejadian ini menyebabkan kerusuhan di Manipur.
Setelah mendapatkan perhatian dari Perdana Menteri Narendra Modi yang mengutuk serangan ini sebagai aib dan menjanjikan tindakan keras, pelaku utama dan tiga pelaku pengarak lainnya ditangkap pada Kamis lalu. Sementara itu, polisi masih berupaya melacak sekitar 30 orang lain yang terlibat dalam kejahatan ini.
Protes Wanita Menuntut Keadilan
Aksi protes wanita setempat di Imphal mencuat ketika mereka dengan marah melempari batu dan membakar beberapa bagian rumah milik tersangka utama kasus pelecehan seksual di sebuah desa. Hemant Pandey, seorang pejabat polisi senior di ibukota negara bagian Imphal, mengakui pemahaman atas kemarahan wanita-wanita tersebut dan meminta mereka untuk menyuarakan aspirasi mereka secara damai.
Peristiwa ini merupakan tanggapan atas kasus pelecehan seksual yang viral di media sosial dan telah memicu gelombang kekerasan etnis di wilayah tersebut. Para demonstran menuntut keadilan dan kepastian hukum, sambil menggarisbawahi pentingnya perlindungan hak-hak perempuan dalam suasana yang tegang dan bergejolak.
“Wanita setempat melempari batu dan membakar beberapa bagian rumah milik tersangka utama di sebuah desa,” kata Hemant Pandey, seorang pejabat polisi senior di ibukota negara bagian Imphal.
“Kami meminta perempuan untuk memprotes secara damai karena ada kegelisahan yang intens. Kami memahami kemarahan mereka,” katanya.
Krisis Etnis dan Pelecehan Seksual
Sebagai informasi, berdasarkan pengaduan polisi yang diajukan pada bulan Mei lalu, ada sekelompok orang bersenjata merusak beberapa rumah dan membakarnya hingga rata dengan tanah di sebuah desa di distrik.
Sebelum menyerang anggota suku Kuki di Kangpokpi, kelompok tersebut melakukan pelecehan seksual terhadap dua wanita berusia 21 dan 19 tahun, mengarak mereka telanjang. Laporan serangan ini disampaikan oleh para korban pada bulan Mei lalu, saat negara sedang menyaksikan bentrokan etnis yang intens.
Pertempuran tersebut dipicu oleh perintah pengadilan yang menuntut pemerintah mempertimbangkan memperluas tunjangan khusus yang hanya dinikmati oleh suku Kuki kepada mayoritas penduduk Meitei. Akibat kekerasan ini, setidaknya 125 orang telah tewas dan lebih dari 40.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Tuntutan Keadilan dan Keselamatan Perempuan
Kelompok hak asasi manusia berencana mengadakan aksi protes di berbagai bagian India untuk menuntut keadilan dan mempercepat penyelidikan atas insiden terbaru ini. Hal ini pun menimbulkan pertanyaan serius tentang keselamatan perempuan di negara tersebut.
“Kami ingin tahu mengapa polisi gagal mengambil tindakan cepat ketika mereka tahu bahwa perempuan diperkosa dan diarak telanjang di Manipur,” kata Radhika Burman, seorang mahasiswa di timur kota Kolkata yang memimpin demonstrasi publik pada hari Kamis.
Ratusan pengunjuk rasa di selatan kota Bengaluru menggelar aksi dengan membentangkan spanduk bertuliskan; “Tubuh wanita bukanlah medan perang”.
Ketidakadilan Terhadap Komunitas Suku Minoritas
Salah satu pengunjuk rasa, yang bernama Thay, juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap kegagalan pihak berwenang dalam menyelidiki kasus yang dilaporkan oleh dua korban yang merupakan bagian dari komunitas suku minoritas pada bulan Mei lalu.
“Ini adalah ketidakadilan dan pengabaian yang parah,” kata H. J. Lakshmi, dari Samakaleena Samajik Sanskritik Vedike, sebuah organisasi masyarakat sipil di Bengaluru.
Protes serupa juga terjadi di kota timur Bhubaneswar dan di berbagai kampus perguruan tinggi di seluruh negeri.